Selasa, 02 November 2010

guru kehidupan


Guru kehidupan
(oleh: Ustdz. Rahmad Abdullah)

Ada murid yang dapat belajar dengan guru yang ber-SK, disuapi ilmu dan didikte habis-habisan. Ada yang cukup belajar dari katak yang melompat atau angin yang berhembus pelan lalu berubah menjadi badai yang memporakporandakan kota dan desa. Ada yang belajar dari apel yang jatuh disamping bulan yang menggantung dilangit tanpa tangkai itu. Ada guru yang banyak berkata tanpa berbuat. Ada yang lebih pandai berbuat dari pada berkata. Ada yang memadukan kata dan perbuatan. Yang lebih istimewa diantara mereka, bila "melihatnya engkau lalu ingat langsung pada Allah, ucapanya akan menambah amalanmu dan amalanya akan membuatmu semakin cinta akhirat (khairukum man dzakarakum billahi ru'yatuh wa zada fi'amalikum mantiquh wa ragghabakum fil akhirati 'amaluh)"

Yang tak dapat belajar dari guru alam dan dinamika lingkunganya, sangat tak berpotensi belajar dari guru manusia. Yang tak dapat mengambil ibrah dari pelajaran orang lain, harus mengambil dari pengalaman sendiri, dan untuk itu ia harus membayar mahal. Bani Israil bergurukan Nabi Musa AS., salah satu Ulul Azmi para rasul dengan azam yang berdosis tinggi. Bahkan leluhur mereka nabi-nabi yang dikirim silih berganti. Apa yang kurang ? Ibarat meniup tungku, bila masih ada api dibara, kayu bakar itu akan menyala, tetapi apa yang kau hasilkan dari tumpukan abu dapur tanpa setitik api, selain kotoran yang memenuhi wajahmu.

Murid-murid Bebal

Berbicara seputar orang-orang degil, berarti menimbun begitu banyak kata seharusnya. Seharusnya Bani Israil itu berjuang sepenuh jiwa dan raga, bukan malah mengatakan: "Hai Musa, kami telah disakiti sebelum engkau datang dan setelah engkau datang" (Qs. 7:129), karena sesungguhnya meraka tahu ia benar-benar diutus Allah untuk memimpin mereka. Seharusnya mereka tidak mengatakan: "Kami tak akan masuk kesana (Palestina), selama mereka masih ada disana. maka pergilah engkau dengan Tuhanmu, biar kami dududk-duduk disini"(Qs.5:24), karena berita tenggelamnya fir'aun dilautan dan selamatnya Bani Israil, adalah energi yang besar yang mampu meruntuhkan semangat orang-orang Amalek yang menduduki bumi suci yang dijanjikan itu. Adapun ditenggelamkan itu fir'aun, mitos sejarah yang tak terbayangkan bisa jatuh. Kemudian seharusnya mereka yang dihukum karena sikap dan ucapan dungu tadi, pasrah saja di padang Tih, denan jatah Catering Manna dan Salwa serta tinggal beratapkan awan pelindung dari sengatan terik matahari. Ternyata mereka mengulangi lagi kedegilan lama mereka. "Hai Musa, kami tak bakalan sabar dengan jenis makanan monotype, cuma semacam ini, karena berdoalah engkau pada tuhanmu untuk kami, agar Ia keluarkan untuk kami tumbuhan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya "(Qs2:61).
 
Betul,manusia memerlukan guru manusia, tetapi apa yang dapat dilihatnya di terik siang dibawah sorotan lampu ribuan watt, bila matanya ditutup rapat? Tarbiyyah Dzatiyah atau pendidikan mandiri untuk menguasai mata kuliah kehidupan, sangat besar peranya. Sebuah bangsa yang sudah "merdeka" 54 tahun, namun tak peduli bagaimana menghemat cadangan energi, tak tahu bagaimana membuang sampah, ringan tangan membakar hutan dan me_WC-kan sungai-sungai kota dan desa mereka, tentulah mereka bukan bangsa yang pandai mendidik diri. Sebuah tergopoh-gopoh ikutan kampanye anti AIDS, dengan hanya menekankan aspek seks aman (dunia)saja tanpa mengingat murka Allah, tentulah bangsa itu belum kunjung dewasa. Bila diingat 6 dan 10 anak-anak mereka terancam flek paru-paru, lengkap sudah kekebalan itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar