Adakah Allah selalu di hatimu?
Jika kita baru saja terjaga dari lelap tidur kita yang panjang. Padahal ketika kita tidur, sedikitpun kita sama sekali tidak berdaya dan tidak ingat apa-apa. Seekor nyamuk pun yang sedang menggigit, kita tak kuasa mencegahnya. Setiap tarikan napas kita yang teratur, setiap detak jantung yang berdenyut, otot kita yang bergerak, semua itu tak mungkin kita yang mengendalikannya. Lantas siapa? Dialah Allah SWT. Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang yakin, dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?(QS Adz-Dzariyat 20-21)
Adakah Allah selalu di hatimu?
Tatkala kita beraktivitas, bergerak, berjalan, bangkit dari duduk. Apakah dengan seizin kita? Sama sekali bukan. Pada hakikatnya anggota tubuh yang bergerak itu tunduk kepada manusia dengan seizin Allah. Dia telah membuktikan bahwa gerakan-gerakan yang kita pilih tidak akan bergerak secara sempurna kecuali dengan izin-Nya. Atau ketika kita menangis dan tertawa, pernahkah tebersit bahwa kita menangis dan tertawa karena ada Allah SWT? Apabila kita memperhatikan manusia-manusia yang tertawa dan menangis di seluruh antero dunia.
Adakah yang berbeda? Ternyata, tidak ada yang berbeda walaupun
bahasa dan budaya mereka berbeda. Kita lihat, adakah menangis khas Amerika,
tertawa khas Australia ,
senyum khas Indonesia ?
Semuanya sama kecuali senyuman atau tangisan yang dibuat-buat oleh manusia.
Pasti kita pun bisa membedakannya dari senyuman atau tangisan yang dari Allah
SWT. Mudah-mudahan di antara kita sering memperhatikan ayat ini. Dan
bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis. (QS An-Najm
: 43) Adakah Allah selalu di hatimu? Tatkala kita bergerak leluasa di siang
hari, karena adanya cahaya matahari, bukan karena mata kita terbuka atau melek.
Namun, karena adanya cahaya yang Allah berikan ke bumi. Subhanallah,
Allah memberikan sifat kepada siang dengan terang bukan dengan mata kita yang melek.
Penelitianpun dapat membuktikan bahwa sinar matahari dapat memancarkan
cahayanya ke benda, kemudian benda memantulkan kembali ke retina mata kita,
sehingga kita pun dapat melihat. Sebaliknya, jika kita berada dalam kegelapan
kita tidak dapat melihat. Simak ayat berikut ini, Lalu Kami hapuskan tanda
malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang (QS Al-Isra:12). Subhanallah,
suatu kebenaran yang sempurna dari Yang Maha Kuasa. Sungguh fasik jika kita
tidak beriman kepada-Nya.
Manakala kita pulang kerja menjelang malam, begitu terpesona
dengan pendaran mentari yang tenggelam yang akan digantikan dengan munculnya
rembulan. Hari akan berakhir dengan datangnya malam dan akan digantikan dengan
datangnya siang. Sampai kapanpun, tidak akan pernah malam mendahului siang. Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului
siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS Yaasiin 40).
Adakah Allah di hatimu? Ketika kita akan berbuat keburukan. Padahal tidak ada
seorang pun yang dapat melihat.
Adakah getaran yang mengganggu dalam nurani kita ketika kita
akan berdosa, padahal kita akan melakukannya di hutan yang sangat lebat, di
malam hari, sepi dari keramaian? Mengapa kita merasa tidak nyaman pada saat
demikian? Itulah bukti, pada sebelum kita lahir ke dunia, bahwa kita telah
bersaksi bahwa Allah itu ada. Jangan lupakan ayat ini, dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): 'Bukankah aku ini Rabb-mu?.
Mereka menjawab: 'Betul (Engkau Rabb kami, kami menjadi saksi. (QS Al-A'raaf 172). Siapa yang mengajarkan bahwa kita dapat
mengetahui batasan kebaikan dan keburukan? Sehingga kebaikan yang akan kita
lakukan sangat cocok dengan jiwa manusia sedangkan keburukan yang akan kita
lakukan justru malah akan menggelisahkan kita? Hal ini berlaku terhadap orang
kafir sekali pun. Hanya Allah-lah yang meletakkan batasan ini kepada setiap
manusia. Subhanallah. Adakah Allah di hatimu? Berpikirlah terus tentang
Allah, maka Allah akan selalu ada. Aku berpikir, maka Allah ada. n Wallahua'lam
bish shawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar