Sahabat,
sesungguhnya dengan berakhirnya bulan Ramadhan yang mulia ini, kita harus
merasa sangat sedih karena siapa tahu kita tidak akan berjumpa lagi dengan
Ramadhan yang akan datang. Padahal peluang kita untuk bisa mulia dengan
menggunakan sarana bulan ini luar biasa besarnya. Satu hal lagi yang perlu
diwaspadai yaitu setan terkutuk, dilepas kembali. Ketika adzan Maghrib
berkumandang menjelang malam takbiran, itulah saatnya belenggu setan dibuka.
Setan kembali lagi bebas dan pasti tidak ada lagi pekerjaannya selain untuk
menyesatkan anak cucu Adam. Betapa tidak! Setan tidak terlihat wujudnya tetapi
hasilnya jelas nyata. Akibatnya siapa saja yang tergoda dan dirasuki
bisikannya, pasti akan sengsara di dunia maupun di akhirat. Setan pun tidak
punya pekerjaan lain selain menipu dan menjerumuskan manusia. Sedangkan kita
begitu tersibuki oleh berbagai kegiatan duniawi. Sementara itu sang setan
ternyata banyak sekali temannya sehingga dengan mudah dapat mengganggu kita
sedangkan kita seorang diri melawannya. Karenanya jangan heran kalau banyak
manusia di dunia ini menjadi korban tipu muslihat setan. Bisa jadi termasuk
kita sendiri. Naudzubillaah!
Oleh karena itu,
berikut ini kita akan ungkapkan beberapa tipuan setan yang mungkin akan segera
menyergap kita. Satu hal yang harus kita ketahui bahwa kendaraan setan yang
telah tersedia pada setiap diri anak Adam adalah nafsu.
Jadi, setan
tidak akan mengakali kita kecuali lewat hawa nafsu. Sedangkan nafsu mempunyai
tiga macam tabiat, yakni :
Pertama, hawa
nafsu itu senang akan penghargaan, pujian, kemuliaan, kehormatan, dan harga
diri. Setan senantiasa akan memperdaya diri kita melalui harga diri dan
kehormatan. Demi mempertahankan kehormatan dan harga diri biasanya kita akan
dibisiki setan untuk selalu berpenampilan hebat dengan pakainan mahal-mahal,
kendaraan mewah dan sebagainya. Pendek kata, dari hari ke hari kita akan
disibukkan oleh tipuan setan tersebut sehingga tidak akan segan-segan untuk
mengeluarkan uang berapapun hanya karena ingin dihargai manusia tanpa peduli
bagaimanan pertimbangan hisabnya di akhirat kelak.
Bukan tidak
boleh kita menjaga penampilan, karena tampil dan serasi itu bagus. Bahkan
Syeikh Abdul Qadir, seorang tokoh tasawuf dan ulama salaf, kalau bepergian
selalu menjaga kebersihan dan penampilan. Akan tetapi, ia benar-benar
memperhitungkan timbangan hisabnya.
Berbeda halnya
dengan orang yang sudah terkelabui setan. Ia tak akan pernah peduli dengan
pertimbangan hisab di akhirat. Shidqah sedikit, atau bahkan tidak pernah,
tetapi kalau belanja ke supermarket habis-habisan. Pergi ke tempat ibadah
jarang-jarang, tetapi bertamasya ke tempat-tempat yang jauh dan menghabiskan
biaya besar seolah telah menjadi kegiatan rutin.
Demi menjaga
harga diri dan gengsi biasanya kita sering over acting. Jika marah tampak lebih
emosional agar mereka tahu bahwa kita adalah orang yang berkuasa dan mempunyai
kedudukan. Bahkan tidak jarang dengan mudahnya meremehkan dan merendahkan orang
lain hanya untuk menunjukkan bahwa kita bukan remeh dan tidak rendah. Semua itu
adalah tipuan setan belaka!
Oleh karena itu,
supaya kita tidak terjerumus menjadi orang yang sombong dan takabur, kuncinya
adalah tawadhu karena sesungguhnyalah kemuliaan itu datang dari kerendahan
hati. Bukankah kita sendiri merasa muak melihat orang yang sombong, penuh
keangkuhan, dan gemar menyebut-nyebut kehebatan dirinya?
Kedua, setan
selalu membisiki kita agar mengumbar nikmat. Semua indera kita ini memang
sangat senang akan aneka nikmat, seperti nikmat syahwat, makanan, keindahan,
perkataan, dan lain-lain.
Nikmat makanan
membuat kita semakin banyak berkeinginan untuk memakan makanan yang enak-enak,
tidak peduli halal atau haram. Oleh karenanya, disunnahkan melaksanakan shaum
selama enam hari mulai hari kedua setelah Idul Fitri, yang pahalanya sama
dengan shaum setahun.
Nikmat
pendengaran membuat kita cenderung untuk senang mendengarkan musik. Karenanya,
kita harus mengimbanginya dengan sering-sering mendengarkan pengajian dan
ceramah.
Bagi yang suka
berpacaran, biasanya cenderung hanya unyuk mencari kenikmatan dan kepuasan
syahwat belaka. Mata ini memang suka kepada sesuatu yang cantik dan indah,
sehingga banyak membuat kita berkeinginan untuk melihat wanita baik langsung
maupun yang terpampang di majalah-majalah dan iklan-iklan di televisi.
Karenanya, nafsu syahwat ini harus mampu kita tahan karena mengumbar kenikmatan
itu ibarat meminum air laut, semakin banyak diminum, semakin haus kita
dibuatnya.
Sementara itu,
nikmat mulut membuat kita cenderung ingin selalu berbicara banyak-banyak. Bila
sudah berbicara, sungguh terasa nikmat, sehingga tak ingin berhenti. Oleh
karena itu, kita harus mampu menahan dan mengimbanginya dengan bayak-banyak
bertadarus Al Qur’an.
Sahabat,
ketahuilah bahwa semua yang cenderung nikmat itu akan selalu terus menerus
dikejar setan, sehingga dapat melenakan kita. Kuncinya adalah berusaha menahan
diri jangan sampai setiap keinginan kita dilanjutkan. Hendaknya setiap kita
akan melaksanakan sesuatu itu bertanya dulu. Apakah makanan ini halal, haram,
atau syubhat? Kalau boleh dimakan, makanlah jangan sampai berlebihan. Semua ini
tiada lain untuk melatih diri kita agar tidak sampai diperbudak oleh hawa nafsu
yang sudah dikendalikan setan.
Ketiga, hawa
nafsu paling malas kepada taat. Setan pasti akan selalu memperdaya agar malas
kepada taat. Shalat malas, pergi ke masjid malas, apalagi tahajud, sangat
enggan untuk bangun tidur. Baca Qur’an malas. Kalau pun kita bershidqah, pasti
akan dibisiki setan agar menjadi riya.
Memang, kita
akan sangat mudah diperdaya setan melalui sarana sifat malas ini. Karena hanya
sifat ini yang sangat mudah dimainkan sang setan. Saat muncul rasa malas untuk
beribadah, biasanya otak pun ikut berputar segera mencarikan dalih ataupun
alasan yang dipandang logis dan rasional, sehingga yang nampak nantinya bahwa
enggan mengerjakan sesuatu ibadah itu karena memang jelas alasannya, bukan
lantaran malas. Ah, betapa setan pintar sekali mengelabui kita.
Nah, untuk
memblokade bisikan setan tersebut, usahakanlah kita selalu segera berbuat hal
sebaliknya dari yang diingini si malas. Bila kita mendengar adzan berkumandang,
maka usahakanlah sekuat tenaga menunda atau menghentikan pekerjaan yang sedang
digarap, untuk kemudian lekas-lekas pergi ke masjid. Bahkan akan lebih baik
lagi jika kita selalui mengetahui jadwal waktu shalat, lalu menetapkan 15 menit
sebelum tiba waktu shalat, kita sudah menghentikan segala bentuk pekerjaan
untuk bersiap-siap pergi ke masjid.
Demikian juga
kalau malam tiba, tetap mengusahakan sepertiga akhir malam untuk mendirikan
shalat tahajud karena dengan tahajud hidup kita akan terpelihara dalam
kemuliaan. Setiap pagi usahakan menyediakan uang receh untuk diinfaqkan karena
dengan infaq kita akan tertolak dari bencana dan mati dalam keadaan suul
khatimah. Usahakan pula kita selalu membawa Qur’an kecil untuk dibaca
sewaktu-waktu di sela-sela pekerjaan kita. Bila kita istiqamah membacanya
walaupun hanya beberapa ayat saja, Insya Allah akan menjadi karomah bagi kita.
Semua ini merupakan ikhtiar kita dalam menghadang gempuran-gempuran setan yang
memang tak kenal lelah.
Ingatlah bahwa
setan hanya mampu mempengaruhi kita dengan bisikan. Tak ada setan yang menerkam
kita. Hati ini menjadi rusak karena kita kalah dan tak berdaya menghadapi
bisikannya yang memang tidak terasa dan tanpa kita sadari. Oleh karena itu,
bila muncul rasa malas untuk beribadah, itu berarti bisikkan setan tengah
merasuk menguasai hati. Segeralah lawan dengan segenap kemampuan dengan cara
melakukan ibadah yang dimalaskan tersebut. Sekali lagi, bangun dan lawan!
Latihlah diri
kita agar jangan sampai diperbudak oleh segala bentuk kenikmatan. Latihlah diri
kita agar selalu dalam keadaan taat kepada Allah. Dan jangan lupa,
berlindunglah selalu kepada-Nya dari segala godaan setan yang terkutuk, niscaya
kita akan diberi kekuatan untuk terhindar dari segala tipuan setan. Insya
Allah!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar